Hubungan Rumit yang Menyakitkan antara Messi & Argentina
tariunews – Lionel Messi tertunduk lesu usai wasit Roddy Zambrano meniup peluit tanda berakhirnya semifinal Copa America antara Brasil vs Argentina di Estádio Governador Magalhães Pinto, Rabu (3/7/2019) pagi waktu Indonesia. Argentina kalah dua gol tanpa balas dari tuan rumah. Tak seperti kegagalan-kegagalan bersama Albiceleste sebelumnya, kali ini Messi tidak menangis. Air matanya barangkali sudah habis. Kegagalannya kemarin adalah yang kesembilan bersama Argentina dalam sebuah turnamen besar: Empat di Piala Dunia, lima pada Copa America. Dan barangkali, untuk kesembilan kalinya pula–atau mungkin lebih–Messi dicap sebagai pecundang.
Tentu tidak semua orang membencinya. Namun, bukan berarti pula ‘pembenci’ Messi berjumlah sedikit, khususnya di negaranya sendiri. Mantan rekan Messi di Timnas Argentina, Pablo Zabaleta adalah salah satu orang yang tahu betul mengenai hal itu. Menurut Zabaleta, Messi lebih banyak diperlakukan bak ‘kutukan’ di tanah kelahirannya.
“Sangat menyakitkan ketika orang-orang di negara Anda sendiri justru memperlakukan Anda seperti seorang pecundang. Mereka [sebagian orang di Argentina] melihatnya menjuarai trofi bersama Barcelona setiap musim, dan mereka berharap Messi melakukan hal yang sama di Argentina,” tuturnya.
Kebencian itu terpelihara dan diperparah dengan kebiasaan media lokal yang acap mengkambinghitamkan Messi ketika negara mereka gagal bersinar di sebuah kompetisi. Seolah-olah, setiap kegagalan Argentina adalah dosa si pemakai kostum nomor 10 itu. Misalnya, saat Argentina kalah dari Kroasia pada Piala Dunia 2018. The Independent menerbitkan laporan yang merekapitulasi beragam laporan media Argentina yang mencaci dan menyerang pribadi Messi.
“Kekalahan dari Kroasia meninggalkan dua kepastian dan satu ketidakpastian. Kepastian: tim ini bukan tim, dan tidak tahu bagaimana cara memaksimalkan potensi pemain. Ketidakpastian: apa yang ada dalam isi kepala Messi sehingga dia berubah menjadi manusia aneh yang bernasib tragis seperti hari ini?,” tulis Sebastian Fest, seorang wartawan di surat kabar lokal Argentina, La Nacion.
Kalimat lebih kasar ditulis jurnalis La Nacion lain, Cristian Grosso: “Messi tidak datang sebagai penyelamat. Kepala kacanya sudah pecah menjadi ribuan keping.”
Sementara Diego Macias, wartawan media Argentina Ole, pada September 2017 dengan tidak kalah berlebihan menulis “malam ini orang-orang akan berhenti mengidolakan Messi,” usai hasil imbang 0-0 Argentina melawan Venezuela di kualifikasi Piala Dunia.
Headline-headline bombastis tersebut sempat bikin Messi mengalami masa-masa sulit.
“Anak saya Thiago yang berumur enam tahun bahkan sampai menanyai saya: mengapa orang-orang di Argentina ingin membunuhmu?,” aku Messi seperti dilansir Goal.
editor : Jeri Warisman